SUKABUMI – Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Sendi Apriadi, tidak menyembunyikan kekagumannya saat melihat seorang siswa SMP berani menyapa dan berdialog dalam bahasa Inggris dengan dua evaluator UNESCO. Siswa tersebut adalah Mikhail Arjuna Narendra Nugraha Putra, murid kelas 9 di SMPN 1 Surade.

“Arjuna luar biasa. Dia menyambut evaluator dengan percaya diri, menjawab dalam bahasa Inggris, dan memaparkan tentang sekolah serta Geopark. Ini bukan sekadar kecerdasan akademik, tetapi juga bentuk nyata dari diplomasi pariwisata,” ungkap Sendi pada Jumat (4/7/2025).

Sendi yang turut mendampingi kunjungan Bojan Režun dari Slovenia dan Zhang Chenggong dari Tiongkok sejak kedatangan mereka di Bandara Soekarno-Hatta, menyebut bahwa kehadiran Arjuna mencerminkan semangat pelayanan dan daya saing generasi muda Sukabumi dalam memperkenalkan potensi Geopark Ciletuh.

“Bukan hanya presentasi, tapi itu adalah diplomasi budaya dari anak daerah. Ketika anak lokal bisa menjelaskan Geopark dalam bahasa internasional, itu bukti nyata semangat tulus dari bawah,” tambahnya.

Aksi Arjuna yang terekam dalam berbagai video dan tersebar di media sosial, mengundang apresiasi luas, termasuk dari ibunya, Solitaire E.F. Ram Mozes—yang juga menjabat Kabid PPKMM Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.

“Sebagai orang tua, saya sangat bangga. Saya merasa tidak salah menitipkan pendidikan Arjuna di SMPN 1 Surade yang berhasil membentuk karakter sopan dan inklusif,” tutur Solitaire.

Solitaire menegaskan bahwa lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada perkembangan karakter Arjuna. Tidak ada praktik bullying atau diskriminasi, justru sekolah mendukung tumbuh kembang sosial dan intelektual siswa.

Salah satu momen yang mengesankan adalah ketika Arjuna menceritakan soal keberadaan kelelawar yang bersarang di ruang kelas mereka. Bukannya panik, siswa dan guru justru memanfaatkannya untuk pembelajaran lingkungan dengan mengolah kotoran kelelawar menjadi pupuk organik cair—dipelopori oleh guru agama mereka, Pak Suryadi.

Arjuna juga memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada evaluator, seperti tarian Megalodon, tarian Sakara karya Pak Edi Djunaedi, miniatur, lukisan, hingga hasil kreasi lain yang berkaitan erat dengan konsep Geopark.

Tidak hanya itu, Arjuna mempresentasikan tembang Sunda ngalisung, permainan tradisional, pencak silat, dan kuliner lokal sebagai bagian dari pembelajaran berbasis budaya dan alam.

Menariknya, kemampuan Arjuna dalam berbahasa Inggris tidak diperoleh melalui les mahal. Ia mengembangkan kemampuannya secara otodidak lewat media sosial, lagu, YouTube, interaksi di sekolah, serta kelas daring dari SD Equal Bright saat pandemi.

Anak dari prajurit aktif Serda Nugraha ini juga memiliki akar kuat di wilayah Geopark, yakni Ciwaru, Palangpang. Ia merupakan generasi ketujuh dari Mbah Durat, salah satu tokoh lokal.

“Sejak dalam kandungan, Arjuna sudah sering kami ajak ke sana. Kami bahkan pernah melayani masyarakat di daerah itu saat jalan masih rusak,” ujar Solitaire.

Kisah Arjuna menjadi salah satu potret inspiratif tentang bagaimana generasi muda Sukabumi ikut terlibat aktif dalam pelestarian dan promosi Geopark Ciletuh di mata dunia.