RAGAMBAHASA.com – Hanya sepekan setelah penandatanganan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, ketegangan antara Amerika Serikat (AS), Israel, dan Hamas kembali memanas. Titik didih terbaru berasal dari pernyataan keras Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan menghabisi Hamas jika kelompok tersebut terus melakukan penembakan mematikan yang melanggar kesepakatan damai.
“Jika Hamas terus membunuh orang-orang di Gaza, yang bukan merupakan bagian kesepakatan, kita tidak memiliki pilihan selain masuk dan menghabisi mereka,” kata Trump melalui media sosial Truth Social pada Jumat (17/10/2025).
Ancaman ini menjadi kontras dengan sikap Trump sebelumnya, di mana ia sempat menunjukkan sikap santai terhadap praktik pembunuhan di luar hukum yang dilakukan Hamas terhadap terduga kolaborator di jalanan Gaza. Pada Selasa (14/10), Trump bahkan sempat mengatakan bahwa eksekusi mati tersebut “tidak terlalu mengganggu saya” dan menggambarkannya sebagai pembunuhan antar-anggota geng.
Saling Tuding Pelanggaran Kesepakatan
Selain ancaman dari AS, gencatan senjata juga terancam gagal karena Israel dan Hamas saling tuding melanggar kesepakatan:
- Tuduhan Israel: Israel mengeluhkan Hamas belum sepenuhnya mematuhi kesepakatan terkait penyerahan jenazah sandera. Berdasarkan perjanjian yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas seharusnya menyerahkan 20 sandera hidup dan 28 jenazah sandera. Setelah Hamas menyerahkan semua 20 sandera hidup, Israel telah membebaskan 1.968 tahanan Palestina. Namun, Hamas baru menyerahkan sembilan jenazah sandera, di mana satu jenazah dipastikan bukan sandera. Israel menuntut Hamas mengembalikan 19 jenazah sandera yang tersisa.
- Tuduhan Hamas: Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, menuding Israel melanggar gencatan senjata dengan menewaskan sedikitnya 24 orang sejak kesepakatan dimulai. Pihak Hamas beralasan penyerahan jenazah sandera yang tersisa membutuhkan waktu dan alat berat karena banyak jenazah terkubur di terowongan atau reruntuhan yang dihancurkan oleh Israel.
Sementara itu, Komandan Komando Pusat AS, Laksamana Brad Cooper, secara terpisah juga telah menuntut Hamas untuk berhenti menembaki warga sipil Palestina dan mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Pertikaian ini berpotensi menggagalkan elemen-elemen penting lainnya yang belum terselesaikan, termasuk perlucutan senjata Hamas dan tata kelola Gaza di masa depan.