RAGAMBAHASA.com– Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat tajam setelah gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat runtuh. Pertempuran kini meluas ke lima provinsi di dua negara, menewaskan sedikitnya 10 orang dan memaksa lebih dari 140.000 warga sipil mengungsi akibat serangan udara, tank, dan drone.
Dalam pernyataan yang dikutip pada 10 Desember 2025, mantan pemimpin Kamboja Hun Sen menegaskan pihaknya hanya melakukan respons terhadap agresi Thailand. Ia menyebut Kamboja menahan diri selama dua hari sebelum akhirnya diserang melalui udara dan rentetan tembakan tank.
Di sisi Thailand, militer melaporkan tiga tentaranya tewas dan 29 lainnya terluka sejak awal pekan. Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan tujuh warganya juga tewas dan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka.
Warga Thailand di wilayah perbatasan menyatakan ketakutan atas skala konflik yang terus meningkat. Sementara di Kamboja, jumlah pengungsi terus bertambah. Banyak warga menyebut konflik ini bukan pertama kalinya memaksa mereka melarikan diri dari rumah.
Amerika Serikat kembali menyerukan penghentian segera kekerasan. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta kedua pihak menahan diri dan memberikan perlindungan kepada warga sipil. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengingatkan potensi eskalasi yang lebih besar jika konfrontasi tidak dihentikan.
Namun kondisi di lapangan menunjukkan ketegangan makin meningkat. Phnom Penh menuduh Thailand melakukan serangan fajar di sejumlah titik, termasuk dekat Kuil Preah Vihear yang sudah lama menjadi sengketa. Serangan granat di kawasan tersebut menewaskan seorang tentara Thailand, sementara tembakan tidak langsung juga merenggut nyawa seorang prajurit lainnya di Surin.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan militernya tidak akan mundur dalam mempertahankan wilayah negara. Sementara Angkatan Laut Thailand menuduh Kamboja menggunakan drone untuk memprovokasi, dan mengklaim telah melancarkan operasi untuk mengusir pasukan Kamboja dari area sengketa di Trat.
