SUKABUMI — Menyusul imbauan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, terkait larangan anak-anak memainkan game daring Roblox karena dinilai memuat unsur kekerasan dan konten yang tidak sesuai usia, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi memberikan tanggapan.
Kepala Disdik Kabupaten Sukabumi, Eka Nandang, melalui Kepala Seksi Kesiswaan SMP, Devi Indra Kusuma, menegaskan bahwa imbauan tersebut tidak seharusnya dimaknai sekadar larangan. Yang lebih utama, kata Devi, adalah membangun sinergi antara sekolah dan keluarga dalam memperkuat literasi digital anak.
“Roblox memang menarik dan mudah diakses anak-anak. Namun di balik keseruannya, ada konten yang tidak pantas, bahkan bisa membuka celah eksploitasi. Maka, peran orang tua sangat penting, bukan hanya melarang, tapi juga mendampingi serta memahami apa yang dimainkan anak,” ujar Devi pada Senin (1/9/2025).
Ia menilai masih ada anggapan keliru di sebagian orang tua bahwa anak yang tenang bermain gawai berarti aman. Padahal, bisa jadi mereka terpapar konten kekerasan, berinteraksi dengan orang asing, atau menyerap nilai yang tidak sesuai dengan usianya. “Tanpa kontrol, anak bisa mengalami gangguan perkembangan karakter maupun sosial,” jelasnya.
Fenomena ini, lanjut Devi, tidak hanya terjadi pada Roblox. Game lain yang populer di kalangan pelajar, seperti Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG juga membutuhkan pengawasan ketat. Hasil penelitian menunjukkan, paparan konten kekerasan dalam jangka panjang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku anak.
Disdik Sukabumi menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kerja sama antara sekolah dan keluarga. Menurut Devi, teknologi tidak bisa dihindari, tetapi bisa dikendalikan melalui pendidikan karakter dan pembiasaan yang tepat. “Anak perlu diajarkan membedakan mana yang baik dan mana yang harus dihindari. Ini bukan semata pelarangan, tapi pendidikan berbasis literasi digital,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa orang tua tidak bisa sepenuhnya menyerahkan pengasuhan kepada sekolah atau pemerintah. “Ini tanggung jawab bersama. Mari kita jaga ruang digital anak-anak agar tetap sehat, aman, dan mendidik. Kalau tidak sekarang, dampaknya bisa panjang ke depan,” pungkasnya.