Sukabumi – Dalam rangkaian validasi Ciletuh–Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp), dua evaluator dari UNESCO—Zhang Chenggong (Tiongkok) dan Bojan Režun (Slovenia)—turut mengunjungi Museum Megalodon dan Desa Wisata Hanjeli di Kabupaten Sukabumi. Lokasi-lokasi ini menunjukkan potensi geologi dan budaya yang diakui sebagai daya tarik global .
Museum Megalodon yang berada di Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, menampilkan fosil gigi Megalodon terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia, bersama banyak artefak lainnya seperti tulang paus purba dan kerang jutaan tahun lalu. Keberadaan fosil-fosil ini menegaskan bahwa kawasan Sukabumi pernah menjadi laut purba yang menjadi habitat predator besar kala itu.
Evaluasi dari UNESCO mencatat keseriusan pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam menindaklanjuti rekomendasi global, khususnya dalam pelestarian dan pengelolaan geopark. Evaluator menyoroti pengelolaan site yang menggabungkan aspek edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Menurut Kepala DPMD Sukabumi, Gun Gun Gunardi, perhatian ini merupakan refleksi atas integrasi strategi pariwisata dengan pemberdayaan desa. Desa Wisata Hanjeli dan Museum Megalodon dipandang sebagai ikon penguatan ekonomi lokal berbasis warisan geologi.
Bupati Sukabumi juga berencana menjadikan situs ditemukannya fosil Megalodon sebagai cagar alam geologi—sebuah langkah penting untuk melindungi dan menjadikan sumber daya tersebut sarana wisata edukatif sekaligus aset penelitian ilmiah.
Terdapat lebih dari 500 fosil hewan laut purba yang ditemukan di desa ini, termasuk gigi hiu purba Megalodon, tulang paus, dan moluska. Museum Sri Asih Pakidulan yang didirikan di lokasi tersebut menawarkan pengalaman edukatif interaktif dan aksesibilitas yang baik untuk umum.
Validasi UNESCO ini diharapkan semakin mengukuhkan reputasi CPUGGp sebagai destinasi geopark internasional, sekaligus membuka peluang bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berbasis konservasi dan budaya lokal.