Sukabumi – Prosesi adat Seren Taun Gelar Alam ke-657 di Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, kembali menjadi magnet budaya yang menyedot perhatian publik. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia hingga wisatawan mancanegara memadati lokasi acara untuk menyaksikan salah satu tradisi adat paling tua di Tatar Sunda tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Sendi Apriadi, memberikan apresiasi tinggi terhadap kemeriahan dan kekhidmatan tradisi ini. Menurutnya, Seren Taun bukan sekadar perayaan adat, tetapi juga simbol pelestarian budaya yang memiliki daya tarik pariwisata kuat.
“Acara ini bukan sekadar perayaan adat, tetapi telah menjadi daya tarik wisata yang mengundang perhatian luas, baik dari wisatawan domestik maupun internasional,” ujarnya.
Sendi menjelaskan bahwa Kasepuhan Gelar Alam telah dikenal luas dan bahkan sempat masuk dalam program Kharisma Event Nusantara yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Ia optimistis, ke depan Seren Taun akan terus berkembang dan menjadi salah satu destinasi unggulan pariwisata budaya Indonesia.
“Tahun depan kami akan melanjutkan acara ini dan mulai mengembangkan destinasi wisata budaya secara lebih serius. Salah satunya adalah rencana pembangunan museum atau stasiun budaya Gelar Alam di kawasan Ciptagelar yang akan menjadi pusat edukasi bagi para pengunjung,” jelasnya.
Pemerintah daerah juga tengah menyiapkan pembangunan infrastruktur pendukung, termasuk peningkatan akses jalan menuju kawasan Ciptagelar yang dijadwalkan mulai dibangun tahun depan. Dalam dua tahun ke depan, fasilitas seperti museum dan area edukasi tentang artefak, seni, serta arsitektur lokal diharapkan sudah dapat dinikmati masyarakat.
“Dengan dukungan infrastruktur dan pengelolaan yang baik, Seren Taun bukan hanya menjadi acara budaya, tapi juga penggerak ekonomi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Seren Taun Gelar Alam menjadi bukti nyata bahwa tradisi adat dapat bersinergi dengan sektor pariwisata modern, tanpa kehilangan nilai sakral dan kearifan lokalnya.